Minggu, 22 November 2015

English School dalam Hubungan Internasional

 Hubungan Internasional adalah sebuah ilmu yang didalamnya terdapat sangat banyak teori-teori yang digunakan oleh para penstudi sebagai perspektifnya dalam melihat dan mengkaji sebuah fenomena internasional khususnya dibidang politik. Namun, teori-teori hubungan internasional tidak hanya berfokus pada bidang politik melainkan dalam semua bidang, termasuk bidang ekonomi,sosial,budaya dan pertahanan/keamanan. Salah satu teori yang berpengaruh dalam hububungan internasional adalah English School. Sebagai teori alternatif, English School telah memberikan berbagai kontribusi penting dalam proses menganalisa hubungan internasional karena peranannya dalam memberikan pemahaman mengenai cara-cara dalam mencapai suatu kesepakatan dalam hal prinsip-prinsip ketertiban dan keadilan internasional sehingga terciptanya sebuah perdamaian dianatara negara-negara tersebut (Andrew Linklater:2001).
 Istilah English School pertama kali di kemukakan oleh seorang ilmuan hubungan internasional yang bernama Roy Jones pada tahun 1981. English school sebagai sebuah tradisi telah muncul sejak tahun 1960an, namun English School sebagai sebuah teori baru diakui pada tahun 1980an. Beberapa ahli mempunyai pendapat tersendiri mengenai pengertian english school ini tetapi pada dasarnya dari masing-masing pendapat tersebut memiliki inti yang sama. Andrew Linklater menyatakan english school adalah sebuah perspektif dalam hubungan internasional yang mengkombinasikan teori dan sejarah, moralitas dan power, serta agensi dan struktur dari teori realisme dan liberalisme. Sementara Dunne mengemukakan pendapatnya bahwa english school adalah sebuah teori yang ditolak oleh teori mainstream di Amerika Serikat karena dianggap hanya sebagai salah satu bentuk dari perkembangan perspektif realisme dan liberalisme saja. Teori english school ini adalah sebuah cabang dari teori-teori hubungan internasional yang berusaha memahami bagaimana negara-negara yang berbeda sifat dan kultur dapat mencapai sebuah kesepakatan dalam hal prinsip-prinsip ketertiban dan keadilan intrenasional guna mencapai perdamaian dunia (Burchill dan Linklater: 2009). Teori ini juga sering disebut “Via Media”, yaitu sebuah perspektif yang berada ditengah-tengah antara kedua teori (realisme dan liberalisme), namun tidak menggabungkan teori tersebut menjadi satu.  Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai asal muasal pemunculan dari perspektif ini, yang pertama merupakan pandangan yang menyatakan bahwa kemunculan english school berasal dari departemen hubungan internasional disebuah perguruan tinggi di Inggris yang bernama London School of Economics (LSE). Departemen ini memiliki fokus kajian mengenai anarki masyarakat negara sebagai kerangka kelembagaan masyarakat dunia. Yang kedua adalah pandangan yang menyatakan bahwa english school merupakan sebuah perspektif yang muncul diantara tahun 1950an sampai pada tahun 1980an dari proses pembentukan The So-Called British Committee dalam teori politik internasional yang diprakarsai oleh Herbert Butterfield (Linklater: 2011). English school memiliki beberapa sebutan diantaranya yaitu, London School of Economics School, Liberal realisme, rasionalisme, Grotianisme, International Society, dan lain-lain.
 Beberapa asumsi-asumsi yang mendasari perspektif rasionalisme ini adalah yang pertama, rasionalisme melihat negara berhasil menciptakan harmoni dengan negara-negara lain ditengah sistem internasional yang anarki. Kedua, rasionalisme melihat adanya suatu ketertiban yang tinggi yang terbentuk dari negara-negara dengan hasilnya tingkat kekerasan yang rendah diantara negara-negara tersebut dalam anarki internasional. Ketiga, rasionalisme mengakui akan selalu adanya kekerasan dalam hubungan antar negara. Dan yang terakhir, rasionalisme melihat bahwa kekerasan tersebut merupakan suatu feature endemic yang dapat diatur dan dikendalikan melalui adanya hukum dan norma internasional (Burchill:2001). Dari beberapa asumsi yang diusungnya tersebut rasionalisme memiliki fokus kajian mengnai moralitas dan ketertiban internasional. Perspektif english school (rasionalisme) merupakan sebuah perspektif penengah yang memberikan jalan tengah antara teori realisme dan liberalisme (Jackson dan Sorensen:1999). Namun demikian teori ini bukan sebagai penerus dari kedua teori sebelumnya, namun juga memiliki fokus kajian dan analisis tersendiri terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dalam hubungan internasional. Teori english school menganggap hubungan internasional sebagai sebuah masyarakat negara dimana aktor utamanya adalah negarawan, seperti diplomat dan pemimpin negara. Inti dari teori english school ini adalah peningkatan dan pemeliharaan ketertiban internasional. English school tidak menerima maupun menolak sepenuhnya perspektif-perspektif yang diusung oleh realisme dan liberalisme, namun english school memeberikan limitasi dari masing-masing teori tersebut. English school menolak sifat-sifat pesimis yang dimiliki oleh realisme namun juga mneolak sifat terklalu optimis yang dimiliki oleh liberalisme mengenai konsep kemanan dan kestabilan sistem internasional. Banyak pihak yang berpendapat bahwa pemberian nama english school dirasa merupakan pengertian yang terlalu sempit pada teori ini dikarenakan banyak dari para penteorisinya yang bukan berasal dari Inggris, sehingga banyak pihak yang kemudian menyebut perspektif ini sebagai rasionalisme dan juga international society (Jackson dan Sorensen:1999).

 Dalam perspektif english school, terdapat tiga pemikiran yang menjadi dasar hubungan ienternasional, yaitu realisme dengan International Systemnya, rasionalisme dengan International Societynya, dan revolusionalisme dengan world societynya. Realisme merupakan sebuah pandangan yang menekankan dan berkonsentrasi pada aspek anarki internasional dimana tidak ada sebuah entitas yang lebih tinggi daripada negara, dan negara hanya berfokus pada permasalahan pencapaian kekuatan dan kemanan negara. Rasionalisme merupakan sebuah pandangan yang menekankan pada pergaulan internasional dimana menganalogikan negara sebagai manusia yang selalu memakai akal pikiran dan belajar dari kesalahan yang pernah dilakukannya. Kaum rasionalis ini yakin bahwa manusia dalam kehidupan bernegara dapat diatur untuk hidup bersama dan melakukan proses kerjasama dalam sistem anarki melalui adanya ketertiban dan norma yang berlaku. Sedangkan revolusionalisme adalah pandangan yang meneankan pada aspek perastuan moral yang menganggap manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memiliki tujuan untuk pemenuhan diri dan kebebasan (Jackson dan Sorensen:1999). Dari konsep tersebut kemudian rasionalisme berusaha untuk menjematani perbedaan yang sangat besarantara realisme dan revolusionalisme tersebut. Terdapat beberapa kritik yang diberikan kepada pemikiran-pemikiran english school oleh perspektif lain, diantaranya yang pertama yaitu kritik yang diberikan oleh realisme yang menyatakan bahwa konsep norma dan moralitas sebagai penentu kebijakan yang diusung oleh english school terlalu lemah dan tidak kuat. Yang kedua merupakan kritik yang dilancarkan oleh liberalisme yang menyatakan pemikiran dari english school mengabaikan politik domestik ; dalam hal ini demokrasi ; dan tidak dapat menjelaskan perubahan progresif dalam politik internasional. Yang terakhir kritik yang diberikan oleh kaum Ekonomi Politik Internasional (EPI) yang menganggap english school gagal dalam memberikan penjelasan mengenai hubungan ekonomi internasional sebagai suatu persamaan kepentingan dalam pelaksanaan hubungan antarnegara (Jackson dan Sorensen:1999).
Referensi :

Pengantar Studi Hubungan Internasional ; Robert Jackson & Georg Sorensen ; 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar