Hubungan Internasional adalah sebuah ilmu
yang didalamnya terdapat sangat banyak teori-teori yang digunakan oleh para
penstudi sebagai perspektifnya dalam melihat dan mengkaji sebuah fenomena
internasional khususnya dibidang politik. Namun, teori-teori hubungan
internasional tidak hanya berfokus pada bidang politik melainkan dalam semua
bidang, termasuk bidang ekonomi,sosial,budaya dan pertahanan/keamanan. Salah
satu teori yang berpengaruh dalam hububungan internasional adalah English
School. Sebagai teori alternatif, English School telah memberikan berbagai
kontribusi penting dalam proses menganalisa hubungan internasional karena
peranannya dalam memberikan pemahaman mengenai cara-cara dalam mencapai suatu
kesepakatan dalam hal prinsip-prinsip ketertiban dan keadilan internasional
sehingga terciptanya sebuah perdamaian dianatara negara-negara tersebut (Andrew
Linklater:2001).
Istilah English School pertama kali di
kemukakan oleh seorang ilmuan hubungan internasional yang bernama Roy Jones
pada tahun 1981. English school sebagai sebuah tradisi telah muncul sejak tahun
1960an, namun English School sebagai sebuah teori baru diakui pada tahun
1980an. Beberapa ahli mempunyai pendapat tersendiri mengenai pengertian english
school ini tetapi pada dasarnya dari masing-masing pendapat tersebut memiliki
inti yang sama. Andrew Linklater menyatakan english school adalah sebuah
perspektif dalam hubungan internasional yang mengkombinasikan teori dan
sejarah, moralitas dan power, serta agensi dan struktur dari teori realisme dan
liberalisme. Sementara Dunne mengemukakan pendapatnya bahwa english school
adalah sebuah teori yang ditolak oleh teori mainstream
di Amerika Serikat karena dianggap hanya sebagai salah satu bentuk dari
perkembangan perspektif realisme dan liberalisme saja. Teori english school ini
adalah sebuah cabang dari teori-teori hubungan internasional yang berusaha
memahami bagaimana negara-negara yang berbeda sifat dan kultur dapat mencapai
sebuah kesepakatan dalam hal prinsip-prinsip ketertiban dan keadilan intrenasional
guna mencapai perdamaian dunia (Burchill dan Linklater: 2009). Teori ini juga
sering disebut “Via Media”, yaitu
sebuah perspektif yang berada ditengah-tengah antara kedua teori (realisme dan
liberalisme), namun tidak menggabungkan teori tersebut menjadi satu. Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai
asal muasal pemunculan dari perspektif ini, yang pertama merupakan pandangan
yang menyatakan bahwa kemunculan english school berasal dari departemen
hubungan internasional disebuah perguruan tinggi di Inggris yang bernama London
School of Economics (LSE). Departemen ini memiliki fokus kajian mengenai anarki
masyarakat negara sebagai kerangka kelembagaan masyarakat dunia. Yang kedua
adalah pandangan yang menyatakan bahwa english school merupakan sebuah
perspektif yang muncul diantara tahun 1950an sampai pada tahun 1980an dari
proses pembentukan The So-Called British
Committee dalam teori politik internasional yang diprakarsai oleh Herbert
Butterfield (Linklater: 2011). English school memiliki beberapa sebutan
diantaranya yaitu, London School of Economics School, Liberal realisme,
rasionalisme, Grotianisme, International Society, dan lain-lain.
Beberapa asumsi-asumsi yang mendasari
perspektif rasionalisme ini adalah yang pertama, rasionalisme melihat negara
berhasil menciptakan harmoni dengan negara-negara lain ditengah sistem
internasional yang anarki. Kedua, rasionalisme melihat adanya suatu ketertiban
yang tinggi yang terbentuk dari negara-negara dengan hasilnya tingkat kekerasan
yang rendah diantara negara-negara tersebut dalam anarki internasional. Ketiga,
rasionalisme mengakui akan selalu adanya kekerasan dalam hubungan antar negara.
Dan yang terakhir, rasionalisme melihat bahwa kekerasan tersebut merupakan
suatu feature endemic yang dapat
diatur dan dikendalikan melalui adanya hukum dan norma internasional
(Burchill:2001). Dari beberapa asumsi yang diusungnya tersebut rasionalisme
memiliki fokus kajian mengnai moralitas dan ketertiban internasional.
Perspektif english school (rasionalisme) merupakan sebuah perspektif penengah
yang memberikan jalan tengah antara teori realisme dan liberalisme (Jackson dan
Sorensen:1999). Namun demikian teori ini bukan sebagai penerus dari kedua teori
sebelumnya, namun juga memiliki fokus kajian dan analisis tersendiri terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi dalam hubungan internasional. Teori english
school menganggap hubungan internasional sebagai sebuah masyarakat negara
dimana aktor utamanya adalah negarawan, seperti diplomat dan pemimpin negara.
Inti dari teori english school ini adalah peningkatan dan pemeliharaan
ketertiban internasional. English school tidak menerima maupun menolak
sepenuhnya perspektif-perspektif yang diusung oleh realisme dan liberalisme,
namun english school memeberikan limitasi dari masing-masing teori tersebut.
English school menolak sifat-sifat pesimis yang dimiliki oleh realisme namun
juga mneolak sifat terklalu optimis yang dimiliki oleh liberalisme mengenai
konsep kemanan dan kestabilan sistem internasional. Banyak pihak yang berpendapat
bahwa pemberian nama english school dirasa merupakan pengertian yang terlalu
sempit pada teori ini dikarenakan banyak dari para penteorisinya yang bukan
berasal dari Inggris, sehingga banyak pihak yang kemudian menyebut perspektif
ini sebagai rasionalisme dan juga international society (Jackson dan
Sorensen:1999).
Dalam perspektif english school, terdapat
tiga pemikiran yang menjadi dasar hubungan ienternasional, yaitu realisme
dengan International Systemnya,
rasionalisme dengan International Societynya,
dan revolusionalisme dengan world societynya.
Realisme merupakan sebuah pandangan yang menekankan dan berkonsentrasi pada
aspek anarki internasional dimana tidak ada sebuah entitas yang lebih tinggi
daripada negara, dan negara hanya berfokus pada permasalahan pencapaian
kekuatan dan kemanan negara. Rasionalisme merupakan sebuah pandangan yang
menekankan pada pergaulan internasional dimana menganalogikan negara sebagai
manusia yang selalu memakai akal pikiran dan belajar dari kesalahan yang pernah
dilakukannya. Kaum rasionalis ini yakin bahwa manusia dalam kehidupan bernegara
dapat diatur untuk hidup bersama dan melakukan proses kerjasama dalam sistem
anarki melalui adanya ketertiban dan norma yang berlaku. Sedangkan
revolusionalisme adalah pandangan yang meneankan pada aspek perastuan moral
yang menganggap manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memiliki tujuan untuk
pemenuhan diri dan kebebasan (Jackson dan Sorensen:1999). Dari konsep tersebut
kemudian rasionalisme berusaha untuk menjematani perbedaan yang sangat
besarantara realisme dan revolusionalisme tersebut. Terdapat beberapa kritik
yang diberikan kepada pemikiran-pemikiran english school oleh perspektif lain,
diantaranya yang pertama yaitu kritik yang diberikan oleh realisme yang
menyatakan bahwa konsep norma dan moralitas sebagai penentu kebijakan yang
diusung oleh english school terlalu lemah dan tidak kuat. Yang kedua merupakan
kritik yang dilancarkan oleh liberalisme yang menyatakan pemikiran dari english
school mengabaikan politik domestik ; dalam hal ini demokrasi ; dan tidak dapat
menjelaskan perubahan progresif dalam politik internasional. Yang terakhir
kritik yang diberikan oleh kaum Ekonomi Politik Internasional (EPI) yang
menganggap english school gagal dalam memberikan penjelasan mengenai hubungan
ekonomi internasional sebagai suatu persamaan kepentingan dalam pelaksanaan
hubungan antarnegara (Jackson dan Sorensen:1999).
Referensi
:
Pengantar
Studi Hubungan Internasional ; Robert Jackson & Georg Sorensen ; 1999